Mengenal Perkembangan Agama Shinto di Jepang dari Masa ke Masa

DINAMIS NEWS – Agama Shinto, atau yang dikenal juga sebagai “Jalan Para Dewa”, adalah agama asli Jepang yang memiliki akar yang sangat dalam dalam budaya dan sejarah Jepang. Shinto bukan hanya sekadar agama, tetapi juga cara hidup yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Asal mula Shinto tidak dapat dipisahkan dari mitologi dan legenda Jepang kuno. Kepercayaan ini berkembang secara alami dari pemujaan roh alam dan nenek moyang.

Kepercayaan Dasar dan Praktik Shinto

Shinto didasarkan pada keyakinan bahwa segala sesuatu di alam ini memiliki roh atau kami. Kami bisa berupa roh alam, seperti gunung, pohon, dan sungai, atau roh nenek moyang yang dihormati oleh keluarga mereka. Dalam Shinto, tidak ada kitab suci yang spesifik seperti dalam agama-agama Abrahamik, tetapi ada banyak teks-teks kuno seperti Kojiki dan Nihon Shoki yang mencatat mitos dan sejarah awal Jepang.

Ritual-ritual dalam Shinto sering kali dilakukan di kuil-kuil yang disebut jinja. Upacara-upacara ini mencakup berbagai kegiatan seperti pembersihan diri, doa, dan persembahan kepada kami. Salah satu upacara yang terkenal adalah Shinto Matsuri, festival yang diadakan untuk menghormati para dewa dan dewi, serta untuk berterima kasih atas hasil panen atau memohon keberuntungan di masa depan.

Perkembangan Shinto dari Zaman Kuno ke Abad Pertengahan

Zaman Kuno

Pada masa awal, Shinto merupakan agama yang terpisah dari pengaruh luar. Namun, kedatangan agama Buddha di Jepang pada abad ke-6 membawa perubahan besar dalam praktik dan kepercayaan Shinto. Pada periode ini, Shinto dan Buddha mulai saling mempengaruhi satu sama lain, yang dikenal dengan istilah shinbutsu-shūgō (sinkretisme Shinto dan Buddha). Banyak kuil Buddha yang juga menyembah kami, dan sebaliknya, banyak kuil Shinto yang menampilkan patung-patung Buddha.

Abad Pertengahan

Pada periode Heian (794-1185), Shinto berkembang menjadi lebih sistematis dan terorganisir. Keluarga-keluarga bangsawan, terutama keluarga Fujiwara, memainkan peran penting dalam memelihara dan mengembangkan tradisi Shinto. Pada masa ini juga, teks-teks mitologi seperti Kojiki dan Nihon Shoki disusun, yang membantu memperkuat identitas dan kepercayaan Shinto.

Shinto pada Masa Edo dan Meiji

Masa Edo

Selama periode Edo (1603-1868), Shinto mengalami kebangkitan sebagai reaksi terhadap dominasi agama Buddha. Pemerintahan Tokugawa mempromosikan kokugaku (studi nasional), sebuah gerakan intelektual yang menekankan pentingnya tradisi dan budaya Jepang, termasuk Shinto. Pada masa ini, banyak ritual dan upacara Shinto dipulihkan dan dipopulerkan kembali.

Restorasi Meiji

Perubahan besar terjadi pada periode Meiji (1868-1912) dengan dimulainya Restorasi Meiji. Pemerintahan baru Jepang berusaha untuk membangun identitas nasional yang kuat, dan Shinto dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Shinto Negara diperkenalkan, di mana Shinto dijadikan sebagai agama resmi negara dan dipisahkan dari Buddha. Kuil-kuil Shinto menjadi pusat pendidikan moral dan patriotisme, dan upacara-upacara Shinto dipromosikan sebagai bagian penting dari identitas nasional Jepang.

Shinto di Era Modern

Pasca Perang Dunia II

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Shinto Negara dibubarkan oleh Sekutu sebagai bagian dari reformasi demokratisasi Jepang. Konstitusi baru Jepang menjamin kebebasan beragama, dan Shinto kembali menjadi agama pribadi dan komunitas, bukan agama negara. Namun, Shinto tetap memiliki pengaruh yang besar dalam budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Shinto di Abad ke-21

Di era modern, Shinto terus beradaptasi dengan perubahan sosial dan budaya. Banyak orang Jepang yang masih mempraktikkan ritual-ritual Shinto dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengunjungi kuil pada tahun baru, upacara pernikahan, dan festival-festival lokal. Shinto juga menjadi bagian penting dari pariwisata, dengan banyak kuil-kuil terkenal yang menjadi tujuan wisata populer, seperti Kuil Meiji di Tokyo dan Kuil Fushimi Inari di Kyoto.

Pengaruh Shinto dalam Budaya Populer Jepang

Shinto tidak hanya terbatas pada praktik keagamaan, tetapi juga mempengaruhi berbagai aspek budaya populer Jepang. Banyak elemen Shinto yang muncul dalam seni, sastra, film, dan anime. Mitologi Shinto sering dijadikan inspirasi untuk cerita-cerita dalam anime dan manga, seperti dalam serial Naruto dan Spirited Away. Selain itu, festival-festival Shinto sering ditampilkan dalam drama dan film Jepang, yang membantu memperkenalkan budaya Shinto kepada dunia internasional.

Kesimpulan

Agama Shinto telah mengalami perkembangan yang panjang dan kompleks sejak zaman kuno hingga era modern. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan perubahan, Shinto tetap menjadi bagian integral dari identitas budaya dan spiritual Jepang. Dengan terus mempertahankan tradisi dan adaptasi terhadap perubahan zaman, Shinto akan terus memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Jepang di masa depan. (*/dirman)

Referensi : https://tanogaido.com/beberapa-agama-yang-ada-di-jepang/

banner 468x60

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *